PEKANBARU,DENTINGNEWS---- Kota Pekanbaru, yang dikenal dengan hiruk pikuk aktivitasnya, kini diselimuti suasana duka. Hujan deras yang mengguyur beberapa hari terakhir menyebabkan Sungai Siak yang merupakan sungai terdalam di Indonesia itu meluap.
Tak ayal, banjir langsung merendam empat kelurahan di Kecamatan Rumbai. Bencana ini memaksa lebih dari 17.000 jiwa mengungsi, meninggalkan rumah dan harta benda mereka.
Di tengah genangan air yang mencapai ketinggian pinggang hingga dada orang dewasa, warga Kelurahan Sri Meranti, Rumbai Bukit, Palas, dan Agrowisata berjuang menyelamatkan diri.
Bayi 2 bulan, balita dan ibu-ibu hanya bisa pasrah dan ikhlas menerima keadaan. Perahu karet menjadi satu-satunya moda transportasi, mengangkut warga ke tempat pengungsian yang didirikan di sepanjang Jalan Yos Sudarso, Kecamatan Rumbai.
Tenda-tenda pengungsian menjadi rumah sementara bagi ribuan warga. Di dalamnya, anak-anak, orang dewasa, dan lansia berdesakan, mencari kehangatan dan rasa aman. Wajah-wajah lelah dan cemas bercampur dengan harapan akan datangnya bantuan.
Kapolda Riau, Irjen Pol Mohammad Iqbal membawa istrinya Nindya Ariyani bersama jajaran dan Pemerintah Kota Pekanbaru, turun langsung ke lokasi banjir.
Mereka menyapa warga, memastikan kebutuhan dasar terpenuhi, dan memberikan semangat. Sejumlah sembako turut dibawa untuk kebutuhan makanan warga.
Kehadiran mereka menjadi oase di tengah kepanikan dan kesedihan. Dapur umum didirikan, menyajikan makanan hangat bagi para pengungsi.
Tim medis dari Dokkes Polda Riau siaga 24 jam, memberikan pelayanan kesehatan bagi warga yang mulai terserang penyakit. Bantuan logistik, seperti selimut, pakaian, dan obat-obatan, terus mengalir dari berbagai pihak.
"Kami hadir untuk memastikan mereka mendapatkan perlindungan dan bantuan yang maksimal. Nyawa manusia adalah yang paling utama, dan kami akan memastikan bahwa masyarakat aman," kata Iqbal.
Solidaritas antarwarga pun tumbuh subur. Mereka saling membantu, berbagi makanan, dan menghibur satu sama lain. Di tengah keterbatasan, semangat kebersamaan menjadi kekuatan untuk bertahan.
Namun, di balik semangat itu, tersimpan kekhawatiran. Air yang tak kunjung surut, rumah-rumah yang terendam, dan harta benda yang rusak menjadi beban pikiran yang berat.
"Kami berharap air segera surut dan kami bisa kembali ke rumah. Tapi, kami juga takut, bagaimana kami memulai semuanya dari awal?" ujar seorang ibu sambil menggendong anaknya.
Banjir ini bukan hanya bencana alam, tetapi juga ujian bagi kemanusiaan. Di tengah kesulitan, terlihat jelas betapa kuatnya solidaritas dan kepedulian.
Pemerintah dan berbagai pihak terus berupaya memberikan bantuan terbaik. Namun, pemulihan pascabanjir akan menjadi tantangan yang lebih besar.
"Semoga, Pekanbaru segera pulih dan warga dapat kembali menjalani kehidupan normal mereka," kata Raden Heru salah sati warga.
Bencana banjir di Pekanbaru melanda wilayah Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru, dengan ribuan warga dari dua kelurahan, Sri Meranti dan Palas, terdampak. Daerah tersebut merupakan pinggiran sungai Siak, sungai terdalam di Indonesia.
Situasi banjir ini mengkhawatirkan dengan ketinggian air bervariasi 1 meter hingga mencapai 1,5 meter dan terus meningkat.
Di Kelurahan Sri Meranti, sebanyak 1.708 kepala keluarga (KK) terdampak banjir, tersebar di 13 RW. Sementara itu, di Kelurahan Palas, 980 KK atau mengalami hal serupa, dengan beberapa RW terendam banjir. Total, lebih dari 17.000 jiwa di wilayah Rumbai menderita akibat bencana ini.
Ketinggian air di stasiun pompa pengendali banjir Jalan Nelayan telah mencapai 4,6 meter di atas permukaan laut (mdpl), menandakan situasi yang semakin kritis. Warga yang terdampak saat ini mengungsi di sekitar lokasi banjir, dengan kebutuhan mendesak berupa air minum/air bersih dan tenda untuk tempat berlindung.
Kapolresta Pekanbaru, Kombes Jeki Rahmat Mustika mengatakan langkah-langkah penanggulangan bencana dan penyaluran bantuan sedang diupayakan untuk meringankan beban warga yang terdampak.
"Kami melihat Pemerintah Kota Pekanbaru dan instansi telah mengambil tindakan cepat dan efektif untuk mengatasi bencana ini, termasuk penyediaan posko pengungsian yang layak, distribusi bantuan logistik, dan penanganan kesehatan bagi warga yang terdampak," kata Jeki.
Jeki mengimbau warga untuk tetap waspada dan mengikuti arahan dari petugas berwenang. Bantuan dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat luas, sangat diharapkan untuk membantu meringankan penderitaan para korban banjir di Rumbai.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan (BPBD) Riau kini sudah terjadi di 6 daerah di Riau. Yakni, di Rokan Hulu (Rohul), Pekanbaru, Kampar, Indragiri Hulu (Inhu), Kuantan Singingi (Kuansing) serta Pelalawan. Total dampak kejadian bencana hidrometeorologi hingga hari ini tercatat sebanyak 28 kejadian banjir.
"Kalau dihitung data kecamatan, kelurahan, desa terdampak banjir. Rincianya total banjir terjadi di 12 Kecamatan dan 14 desa serta 8 kelurahan di Riau," kata Kepala BPBD Edy Afrizal. (aya/MCR)