Gelombang Tiga Covid-19 Landa Pakistan, Masjid Tetap Padat

Jumat, 07 Mei 2021

ilustrasi

PEKANBARU, Dentingnews.com-Masjid-masjid di Pakistan dilaporkan masih dipadati jemaah sementara fasilitas umum lain tutup karena pemerintah memperketat aturan jaga jarak di tengah gelombang tiga pandemi Covid-19.
Seorang dokter anggota satuan tugas Covid-19 dari Asosiasi Medis Islam Pakistan, Saeedullah Shah, mengatakan bahwa situasi ini dapat terjadi karena pemerintah tidak tegas menerapkan aturan.

Menurut Shah, pemerintah takut mendapatkan perlawanan dari kaum Muslim di Pakistan yang konservatif.

"Ada banyak kekhawatiran mengenai perlawanan dari kelompok-kelompok keagamaan. Pemerintah sangat lemah," ujar Shah kepada AFP, Jumat (7/5).

Sejumlah pengamat khawatir kelonggaran aturan pemerintah untuk acara keagamaan di tengah pandemi Covid-19 seperti ini dapat membuat Pakistan seperti India, di mana festival Kumbh Mela masih berjalan meski corona melonjak.

Namun, para Muslim di Pakistan mengaku tak khawatir karena cara mereka berdoa berbeda dengan umat Hindu di India.

"Doa kami berbeda. Mereka [warga di India] bukan Muslim dan kami Muslim. Bertobat kepada Allah merupakan kepercayaan kami. Mereka tak bertobat, itulah alasannya [Covid-19 di India bertambah]," ujar Maulana Muhammad Iqbal Rizvi, seorang penjaga masjid bersejarah di Pakistan, Markazi Jamia.

Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, sendiri mengimbau para umat Muslim untuk berhati-hati, tapi pernyataannya dianggap tak terlalu tegas.

"Di India, orang-orang sekarat di jalan. Allah sangat baik kepada kita ketimbang negara lain. Dua pekan mendatang sangat penting bagi kita. Kita harus menurunkan penularan corona," tutur Khan.

Sejauh ini, Pakistan melaporkan 840 kasus Covid-19 dengan kematian 18.500. Namun, jumlah kasus harian di Pakistan melonjak dalam sebulan belakangan.

Di tengah lonjakan ini, masih banyak kerumunan warga peserta acara-acara keagamaan. Pada awal pekan ini, misalnya, umat Muslim memperingati kematian Imam Ali, salah satu sahabat Nabi Muhammad.

Ribuan orang berkumpul di sejumlah pusat kota. Di tengah perayaan, banyak orang membuka masker karena kesulitan bernapas bebas di tengah kerumunan. Para peserta mengaku rela berkorban demi menjalankan rutinitas tahunan ini.

"Kami siap mengorbankan nyawa kami, juga anak-anak dan keluarga kami. Penyakit itu sudah ada sejak tahun lalu, tapi kami sudah melakukannya sejak 1.400 tahun lalu," kata seorang warga, Haji Shahzad Jaffry.

Para pejabat Kementerian Kesehatan Pakistan sendiri juga mendukung para umat Musim. Menurut mereka, umat tetap menjalankan protokol kesehatan.

"Jika ada satu tempat di mana protokol Covid-19 dijalankan, tentu saja di masjid. Saya bisa membawa kalian ke pasar, kemudian ke masjid, dan kalian bisa melihat bahwa orang-orang di masjid lebih menerapkan protokol," ujar juru bicara Kemenkes Pakistan, Imran Siddiqui.

Para umat Muslim pun mengatakan bahwa mereka yakin doa yang dipanjatkan di masjid dapat menyelamatkan mereka.

"Tuhan baik kepada kami. Jika Dia mengirimkan penyakit, dia pula yang akan menyembuhkan kami," ucap pengunjung Masjid Markazi Jamia, Sohail Arshad. (eci)